BuletinKepri.com – Ribuan nelayan tradisional di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) kembali melaut. Aktivitas ini kembali dilakukan setelah gelombang laut melandai dan mereda dalam beberapa hari terakhir yang melanda daerah tersebut.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau (DKP Kepri) Arif Fadillah mengatakan, nelayan tradisional di wilayah itu diperkirakan mencapai 194.000 orang.
Dia menjelaskan, sejak November 2022 hingga pekan lalu, sebagian nelayan tradisional, terutama yang menggunakan kapal dengan kapasitas kecil tidak dapat melaut akibat gelombang 4-6 meter, terutama di Perairan Natuna dan Kepulauan Anambas.
Pada saat yang sama, kata dia, nelayan tradisional lainnya yang biasa beraktivitas di Perairan Tanjungpinang, Batam, Karimun, Lingga dan Bintan terpaksa menepi karena gelombang laut mencapai 2,5 meter disertai angin kencang.
Menurutnya, pada pekan lalu, ribuan nelayan mulai melaut dengan menggunakan kapal, perahu dan kelong apung (alat tangkap ikan).
“Mudah-mudahan cuaca tidak ekstrem lagi sehingga produktivitas nelayan meningkat,” ucapnya.
Dia menilai produksi perikanan tangkap di wilayah itu mencapai Rp 8,697 triliun, dan nilai produksi perikanan budidaya mencapai Rp 610 miliar
Nilai produksi perikanan tangkap di Kabupaten Natuna, lanjut dia mencapai Rp 2,859 triliun, sementara untuk nilai produksi perikanan budi daya mencapai Rp 296 miliar.
Kemudian, disusul urutan terbesar kedua untuk perikanan tangkap adalah Kabupaten Bintan sebesar Rp 1,844 triliun, Kabupaten Lingga sebesar Rp 1,466 triliun, Kota Batam sebesar Rp 1,424 triliun, Kabupaten Anambas sebesar Rp 536 miliar, Kabupaten Karimun sebesar Rp 472 miliar dan terakhir Kota Tanjungpinang sebesar Rp 93 miliar.
“Total untuk seluruh Kepri, nilai produksi perikanan tangkap mencapai Rp 8,697 triliun dan nilai produksi perikanan budidaya mencapai Rp610 miliar,” katanya.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Tanjungpinang melaporkan tinggi gelombang laut di Perairan Tanjungpinang, Batam, Karimun, Bintan dan Lingga mencapai 0,5 – 1,25 meter, sedangkan gelombang laut di Perairan Anambas dan Natuna 1,25 – 2,5 meter
BMKG juga mengeluarkan peringatan dini agar masyarakat pesisir dan pengguna transportasi laut mewaspadai munculnya awan cumulonimbus yang menyebabkan cuaca memburuk, seperti hujan deras, angin kencang dan gelombang tinggi. (*)
sumber: Antara